Ketika manusia dilarang mengekspresikan apa-apa di saat ia sedang merasakan semuanya. Terlebih saat ia terluka.
Apakah kau tahu? Ketika seseorang tidak bisa mengekspresikan dirinya, maka hilanglah satu keping dari jiwanya. Entah zaman yang terus berubah atau entah bagaimana mengeskpresikan segala yang kita rasakan sekarang justru sering sekali justru jadi boomerang yang menikam balik. Komentar-komentar yang sebenarnya tidak kau inginkan malah berkoar-koar di telingamu usai menggambarkan luka dan perasaanmu. Kesalahpahaman malah tergores sana-sini dan tentu saja bukannya menemui kelapangan hati malah diri ini seolah terjepit mantra yang kita ucap sendiri.
Lalu bagaimana jadinya jika kita terbiasa dibungkam di setiap waktunya? Mungkin kita baru akan mengerti saat menemukan banyak orang yang telah berusia, namun tidak lagi tahu siapa dirinya. Aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana mengekspresikan diri. Saat kesal aku diam, saat aku sedih pun aku diam, saat mendapat sesuatu yang membuat bahagia pun diri ini tetap bungkam. Segala hal seolah hilang arti. Tidak ada gairah dan semangat. Bukankah segalanya akan lebih mudah jika dibicarakan? Bukankah kebebasan adalah kepemilikan setiap dari kita? Lantas kenapa setiap hal-hal yang begitu ingin justru terkekang oleh mulut-mulut yang bukan dibawah kendali kita?
0 Post a Comment:
Posting Komentar